MENINGKATKAN BUDAYA POSITIF MELALUI KEYAKINAN KELAS

 

Budaya positif di sekolah adalah kebiasaan-kebiasaan atau nilai-nilai di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Untuk memahami dan bisa melaksanakan budaya positif di sekolah mari kita pahami dulu hal-hal berikut ini;

A.      Kebutuhan Dasar Manusia (murid)

Manusia sebagai mahluk personal ataupun sosial tentu akan memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu Kebutuhan Bertahan hidup, Kasih sayang, Penguasaan, Kebebasan dan Kesenangan. Sebagai mahluk hidup biologis tentunya kebutuhan bertahan hidup sangat dipengaruhi oleh fisiologis kemahlukannya, seperti makan minum, kesehatan, tempat tinggal, bahkan seks. Empat kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan psikologis, yaitu; kebutuhan kasih sayang berkaitan dengan perasaan aman dan perlindungan, kebutuhan penguasaan berkaitan erat dengan kepercayaan diri, kebutuhan kebebasan berkaitan dengan hasrat dan naluri, serta kebutuhan kesenangan berkaitan dengan segala macam bentuk hiburan. Kenali dan pahami ini semua sebagai kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap manusia.

B.      Disiplin dan Motivasi

Disiplin berasal dari akar kata “disciple” yang berarti murid atau pengikut. Mengikuti suatu komunitas, grup, ajaran bahkan lembaga pendidikan sekalipun, kita harus tahu konsekuensi apa yang akan dihadapi. Konsekuensi masuk sekolah militer tentunya akan berbeda dengan kondisi yang terjadi di sekolah umum lainnya, dimana di sekolah militer akan sangat ketat dengan segudang aturan. Untuk jadi seorang murid / pengikut, seseorang harus paham betul apa motivasinya, sehingga akan timbul motivasi intrinsiknya. Apapun yang dihadapi, kalau motivasi kita kuat akan mudah menghadapinya.

C.      Perubahan Paradigma

Paradigma merupakan cara pandang seseorang. Sebagai manusia yang telah memiliki bukan hanya sekedar otak yang dimiliki kelas reptilia dan mammalia yang mengutamakan refleks dan emosi, kita juga telah dibekali otak neokorteks yang mampu berpikir bijaksana. Demikian juga dengan cara pandang yang dilakukan manusia, harus bisa memandang dari berbagai sisi kemudian dicerna otak, mengapa orang lain berbuat begini dan berbuat begitu. Mari kita coba cara baru memandang dunia, kalau dulu paham kita adalah semua orang memandang hal yang sama, maka sekarang pahamilah bahwa setiap orang punya cara pandang yang berbeda; kalau dulu kita mencoba supaya orang lain berpandangan sama dengan kita, maka sekarang kita coba memahami pandangan orang lain; dulu kita memandang suatu kesalahan sebagai hal yang buruk dan harus dihukum, mka sekarang kita pahami bahwa semua perilaku memiliki tujuan; dulu kita berpandangan bahwa kita bisa mengontrol orang lain, sekarang kita pahami hanya dia yang bisa mengontrol dirinya; dulu kita memaksa tatkala bujukan gagal, sekarang berkolaborasi dan kesepakatan baru tercipta; dan dulu kita berpikir saya harus menang dan dia harus kalah, sekarang mari berpikir saya senang diapun senang.

Inilah hal-hal mendasar yang harus kita pahami terlebih dahulu baru setelah itu kita pahamkan juga ke murid-murid kita. Tahap berikutnya adalah membangun keyakinan kelas.

Suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya
sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka
perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu. Keyakinan yang muncul dari murid, berupa kalimat positif, bermakna dan terjangkau untuk dilaksanakan.

Dengan terciptanya keyakinan kelas, maka teripta pula tatanan kehidupan kelas yang harmonis, dinamis dan kompetitif positif.

https://youtu.be/hT7QjsI2tkA